Hi guys!
Seiring cepatnya perkembangan kecanggihan teknologi, sekolah di seluruh dunia mempunyai peluang mewujudkan digitalisasi dengan mengadopsi alat pembelajaran baru dan meningkatkan infrastruktur.
Seperti kita ketahui, transformasi
digital dalam dunia pendidikan terus berkembang secara cepat di masa
mendatang. Saat ini saja, sudah menjadi hal yang lumrah bagi siswa di ruang
kelas membawa perangkat gadget, seperti laptop, tablet, atau smartphone.
Perangkat tersebut dan teknologi di ruang kelas, memungkinkan
digitalisasi lebih lanjut karena para pendidik akan semakin mengandalkan solusi
digital.
Baca juga: Skema Impact Investing untuk Pengembangan Cleantech Startup yang Berkelanjutan
Sementara itu, permintaan terhadap kebutuhan data terus
meningkat sehingga semakin membebani infrastruktur IT dan berpotensi
menyebabkan masalah downtime,
konektivitas, atau latensi. Oleh karena itu, sekolah perlu memperkuat
infrastruktur IT dengan solusi edge
computing.
Penting juga bagi sekolah memastikan bahwa tim IT dilengkapi
dengan alat dan pelatihan yang diperlukan untuk mendukung proses digitalisasi
secara efektif.
Teknologi AR dan VR dalam pendidikan
Dalam lima tahun ke depan, teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) kemungkinan akan menjadi
hal yang umum di sekolah-sekolah di seluruh dunia.
Para guru sudah mulai memanfaatkan metaverse sebagai platform pembelajaran. Metaverse menggabungkan AR, VR, dan internet untuk menyediakan
lingkungan kolaboratif yang mendalam.
Beberapa sekolah sudah menggunakan AR dan VR untuk melakukan karyawisata (study tour) yang dapat dilakukan secara virtual.
Baca juga: Tips Menurunkan Tagihan Listrik dan Energi
Selain itu, kompetisi online juga mulai menjadi opsi yang semakin populer. Tidak lama
lagi, e-sports
juga akan menjadi kegiatan ekstrakurikuler yang umum ada di sekolah.
Alat-alat digital yang baru muncul ini bisa diintegrasikan
ke dalam lingkungan hibrida yang sudah ada dan seiring dengan proses
transformasi digital, sekolah memerlukan infrastruktur tambahan, keamanan, dan
perlindungan daya untuk mendukung teknologi baru.
Investasi teknologi digital terus meroket
Investasi pendidikan pada teknologi digital, seperti
aplikasi bahasa, bimbingan virtual, dan perangkat lunak pembelajaran online semakin meningkat di seluruh
dunia.
Berdasarkan data World Economic Forum, investasi ini
mencapai 18,66 miliar dollar AS atau setara Rp 286 triliun pada 2019 dan industri
pendidikan online secara keseluruhan
diproyeksikan mencapai 350 miliar dollar AS atau setara Rp 5.380 triliun pada 2025.
Seiring dengan transformasi digital yang digencarkan di sekolah,
ketersediaan bandwidth dan sistem harus
menjadi prioritas sehingga menciptakan tantangan bagi para ahli IT.
Baca juga: Belajar Sustainability Gratis di Sustainability School Schneider Electric
Masalahnya, masih banyak daerah yang kekurangan staf IT
berkualitas untuk memelihara dan memantau infrastruktur dan perangkat lunak
tambahan guna mendukung teknologi digital
baru.
Guna mengatasi tantangan ini, tim IT di pusat dapat
melakukan pemantauan jarak jauh untuk mengelola data center, aplikasi edge
computing, dan jaringan komunikasi untuk kepentingan sekolah di daerah.
Solusi edge computing
Institusi pendidikan harus mempertimbangkan investasi pada
peralatan jaringan canggih untuk menangani potensi ledakan kebutuhan akan
teknologi baru. Selain itu, mereka harus meninjau kebutuhan infrastruktur,
daya, dan perangkat pendingin untuk membantu menjaga waktu aktif jaringan.
Terakhir, untuk membantu memantau dan mengelola
infrastruktur terdistribusi, tim IT dapat beralih ke pemantauan jarak jauh
untuk memungkinkan guru, siswa, administrator, dan staf IT terhubung ke
jaringan sekolah.
Visibilitas jarak jauh ke daya ruang server, pendingin,
peralatan komputer, dan peralatan jaringan lemari kabel memungkinkan
administrator sistem untuk memantau kinerja dan mengidentifikasi anomali
peralatan.
Baca juga: Manfaat Bangunan Cerdas dan Hijau dalam Upaya Dekarbonisasi
Selain itu, sekolah bisa memanfaatkan uninterruptible power supplies (UPS) membantu menjaga ketersediaan
sistem dengan menyediakan listrik transisi selama pemadaman listrik. UPS ini
memungkinkan administrator untuk melakukan reboot
sistem dari jarak jauh bila diperlukan.
Hal yang patut dipertimbangkan untuk sekolah adalah model
UPS kecil dan ringan yang dirancang untuk lingkungan edge computing dan pusat data mikro. Misalnya, APC Smart-UPS Ultra
dari Schneider Electric yang berukuran
30 persen lebih kecil, 50 persen lebih ringan, dan menghasilkan daya satu
setengah kali lebih besar dibandingkan model sebelumnya.
Hal ini membuatnya lebih mudah untuk diterapkan di ruang
yang lebih sempit dengan persyaratan komputasi yang lebih tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar