Schneider Electric telah menjadi pelopor dalam efisiensi energi, pengelolaan energi, pengadaan energi terbarukan, pelaporan karbon, penilaian risiko iklim, dekarbonisasi rantai pasokan, serta menyediakan perangkat lunak dan layanan konsultasi kepada lebih dari 30 persen perusahaan Fortune 500.
Beberapa perusahaan tersebut meliputi Johnson & Johnson, Walmart, Faurecia, Kellogg, Takeda, Velux Group, Unilever, dan T-Mobile.
Baru-baru ini, Schneider Electric juga menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan dunia untuk mempercepat aksi iklim dengan upaya 3-5 kali lebih besar agar dapat mencapai pembatasan kenaikan suhu bumi hingga level 1,5 derajat Celsius.
Baca juga: Pengurangan Emisi Karbon Jadi Fokus Utama Pembahasan Schneider Electric pada Innovation Summit Indonesia 2021
Cluster President Schneider Electric Indonesia and Timor
Leste Roberto Rossi mengatakan, satu-satunya roadmap yang realistis dan tercepat adalah mengombinasikan antara
teknologi digital dan elektrifikasi dengan pemanfaatan sumber energi terbarukan
untuk mendekarbonisasi bangunan, transportasi, dan industri. Upaya ini dikenal
dengan istilah Electricity 4.0.
“Selama 15 tahun terakhir Schneider Electric berhasil
mengatasi banyak tantangan sustainability
dan mengimplementasikan solusi digital serta listrik terdepan di pabrik Schneider Electric. Oleh karena itu, kami berada di posisi yang baik untuk menjadi mitra
tepercaya untuk melangkah lebih cepat dan lebih jauh menjalankan rencana aksi
iklim,” ujar Roberto.
Sebagai bagian dari ambisi untuk mendorong inovasi berkelanjutan dan membangun roadmap net-zero emission, Schneider Electric mendorong perusahaan di berbagau sektor untuk berinovasi dan beralih ke sistem terbuka.
Baca juga: Solusi Energi untuk Pengelolaan Edge Data Center
Schneider Electric pun membeberkan langkah-langkahnya pada
acara Innovation Summit Indonesia 2021. Pada acara ini, Schneider Electric
memperkenalkan inovasi digital untuk pengurangan karbon di rumah, gedung, data center, jaringan listrik, dan
industri.
Business Vice President Power Products and Digital Energy
Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Martin Setiawan mengatakan, bangunan
atau gedung merupakan landasan dekarbonisasi global yang mengonsumsi lebih dari
50 persen listrik, sepertiga energi, dan menyumbang 40 persen emisi karbon
global.
“Oleh karena itu, optimalisasi proses operasional dan
percepatan pengambilan keputusan berbasis data real-time perlu menjadi standar industri,” kata Martin.
Baca juga: Digitalisasi Rantai Pasok, Solusi Atasi Tantangan di Industri F&B
Pasalnya, lanjut Martin, 90 persen waktu karyawan dihabiskan
di dalam ruangan. Penting bagi perusahaan untuk membangun bangunan masa depan yang
berkelanjutan, efisien, tangguh, dan people
centric.
“Schneider Electric melalui EcoStruxure for Buildings telah
merancang, membangun, dan mengelola bangunan untuk memenuhi keempat tantangan
tersebut. Kami menciptakan standar baru untuk bangunan masa depan,” jelasnya.
Teknologi automasi
Sementara itu di sektor industri, Business Vice President
Industrial Automation Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Hedi Santoso
menekankan perlun adanya perubahan langkah dalam efisiensi dan kelincahan
melalui kecerdasan buatan, teknologi digital
twin, wawasan manusia yang didukung oleh kecerdasan analitik yang canggih,
dan perangkat lunak industri agnostic.
“Sektor manufaktur harus merangkul next generation automation berlandaskan ‘automasi universal’.
Caranya dengan mengadopsi standar terbuka secara luas untuk menciptakan inovasi
serta meningkatkan efisiensi, ketahanan, produktivitas, kelincahan, dan
keberlanjutan,” kata Hedi.
Adapun Schneider Electric mewujudkan automasi universal tersebut
melalui solusi EcoStruxure Automation Expert. Ini merupakan sistem automasi
industri pertama yang berpusat pada perangkat lunak dengan standar IEC61499.
0 komentar:
Posting Komentar