Pemanfaatan energi listrik ramah lingkungan dan digitalisasi industri dapat membangun industri masa depan yang lebih berkelanjutan. Selain itu, penggunaan energi bersih juga berkontribusi dalam mengurangi dampak terhadap perubahan iklim.
Berdasarkan data Climate Watch,
sektor energi menjadi kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Adapun emisi
gas rumah kaca dari sektor energi disokong oleh kegiatan industri, rumah tangga,
dan transportasi. Secara global, aktivitas tersebut menyumbang sekitar 22
persen dari total emisi.
Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, digitalisasi
dapat membantu perusahaan membuat target yang dapat dicapai untuk masa depan yang
lebih berkelanjutan dan mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.
Baca juga: Tok! Schneider Electric dan Kemenperin Jalin Kerja Sama Percepat Making Indonesia 4.0
“Secara global, Schneider
Electric memperkirakan bahwa 50 persen dari emisi karbon global dapat
dihilangkan pada 2040. Dengan catatan, langkah-langkah penghematan energi
melalui digitalisasi diterapkan setidaknya setengah dari total bangunan yang
ada dan inisiatif elektrifikasi serta dekarbonisasi dapat dijalankan,” ujar Roberto.
Untuk melakukan dekarbonisasi, teknologi
listrik ramah lingkungan bisa menjadi jalan keluar.
“Dengan berkembangnya penggunaan
kendaraan listrik, pembangunan microgrid,
dan panel surya, kita harus bersiap untuk menyambut dunia yang fokus terhadap
energi baru terbarukan. Konsumsi energi listrik dalam 20 tahun ke depan
diperkirakan akan meningkat dua kali lipat dan produksi listrik dari sumber
energi terbarukan akan meningkat hingga 40 persen dari hanya sekitar 6 persen
saat ini,” kata Roberto.
Di dalam negeri, pemerintah
Indonesia telah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29-41 persen
pada 2030. Sejalan dengan target penurunan emisi gas rumah kaca, pemerintah
melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan
penggunaan energi terbarukan mencapai 23 persen dari total penggunaan energi
pada 2030 dan 31 persen pada 2050.
Baca juga: Industri Masa Depan Semakin Nyata dengan 6 Inovasi Terbaru Schneider Electric Ini
Hal tersebut pun membutuhkan
partisipasi aktif dari sektor industri sebagai sektor dengan kebutuhan energi dan
salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar.
Sebagai perusahaan yang fokus
pada transformasi digital di pengelolaan energi dan automasi, Schneider
Electric memahami hal tersebut. Bagi Schneider Electric, digitalisasi,
dekarbonisasi, desentralisasi, dan elektrifikasi adalah pilar dari strategi
inovasi perusahaan untuk keberlanjutan.
Selama lebih dari lima belas
tahun, Schneider Electric secara konsisten menjadi pelopor dalam mengatasi
perubahan iklim dan terlibat aktif dalam inisiatif global seperti Sustainable Development Goals (SGDs).
Pada Climate Week NYC 2020,
Schneider Electric secara global juga telah mencanangkan percepatan komitmen
untuk netralitas karbon pada 2040.
Baca juga: Luar Biasa, Schneider Electric Terus Dukung Sektor Industri dengan Ragam Inovasi Baru
Komitmen Schneider Electric
terhadap netralitas karbon juga dibuktikan dengan menggandeng Solar Impulse
Foundation sejak 2019 untuk mendukung misi mencari 1.000 solusi yang bersih,
efisien, serta mempercepat transisi energi yang dapat berkontribusi dalam
menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan pada 2030.
Setidaknya, delapan solusi milik
Schneider Electric masuk dalam 1.000 solusi terpilih.
“Schneider Electric siap menjadi
mitra bagi pelaku industri dalam membangun industri masa depan yang lebih
produktif, efisien, dan berkelanjutan melalui solusi digital dan automasi
pengelolaan energi yang netral karbon,”
jelas Roberto.
0 komentar:
Posting Komentar