Bisa dibilang tanah di pantai ini milik Sultan yang diberikan kepada warga sekitar (Foto oleh Rio Paul) |
Banner di tempat parkir (Foto oleh Rio Paul) |
Jleb! Gila juga ya pembangunan di pantai-pantai Gunungkidul, Jogja ini. Setelah para investor menyulap sebuah pantai asri nan alami seperti Pantai Indrayanti menjadi seperti kawasan Kuta Bali, kini mereka merambah ke pantai-pantai lainnya. Salah satunya adalah kawasan Pantai Watu Kodok dan Pantai Sanglen.
Seketika setelah percakapan itu selesai, gue melanjutkan perjalanan menuju Pantai Sanglen. Gue pergi ke pantai ini bersama teman-teman Roadtrippers (mas Rio, mas Indra, mas Joko, mas Ari, mba Uniph, dan bang Andy) dan mba Lili. Kok mas-mas dan mba-mba semua ya? Ya karena gue paling muda
Pantai Sanglen adalah tujuan kami saat itu. Bisa dibilang, letak pantai ini tersembunyi karena letaknya yang tertutup karang dan aksesnya yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Pantai Sanglen terletak diantara dua pantai, Pantai Watu Kodok di sebelah timur dan Pantai Sepanjang di sebelah barat. Kami biasa memarkirkan kendaraan kami di Pantai Watu Kodok, lalu berjalan sekitar 10 menit untuk menuju Pantai Sanglen.
Jalan menuju pantai, kering semua karena masih musim kemarau |
Walaaaa, Pantai Sanglen (Foto oleh Rio Paul) |
Summer paradise (Foto oleh Rio Paul) |
Biasanya mas Rio selalu membawa kompor di setiap perjalanannya, tapi ketika itu dia tidak membawa kompor, tertinggal di rumah, dalihnya. Padahal kami berencana untuk memasak daging kambing untuk kami santap malam itu. Alhasil, kami menggunakan api unggun sebagai perapian untuk memasak. Untung saja koki kami, mas Joko dan mba Lili lihai dalam mengolah si daging kambing. Jadi, rasanya tetap nikmat. Makin nikmat dengan mendengar petikan gitar mas Indra dan akhirnya kami bernyanyi bersama. Disela-sela kami bernyanyi, selalu saja ada cletukan dari mas Joko yang memang humoris layaknya pelawak Budi Anduk dan seketika juga tawa mba Uniph menggelegar. Ah, susah untuk menuliskan perasaan gue saat itu. Terlalu bahagia, bahagia akan kehangatan suasana malam itu. Seketika, mas Indra memainkan lagu dari Nirvana yang berjudul Man Who Sold The World~
I laughed and shook his hand
And made my way back home
I searched for form and land
And made my way back home
I searched for form and land
For years and years I roamed
I gazed a gazeless stare
At all the millions here
I gazed a gazeless stare
At all the millions here
I must have died alone
A long, long time ago
Menyantap daging kambing sebagai hidangan makan malam, maknyusss! |
Selamat pagi dari Pantai Sanglen (Foto oleh Rio Paul) |
Berbicara tentang pohon, jadi teringat oleh kami sewaktu pertama kali kami camp di pantai ini pada bulan April 2015 yang lalu. Pohon yang digunakan mas Rio untuk mengikat hammock roboh! Dengan robohnya pohon, terjatuhlah mas Rio yang pada saat itu masih tertidur. Hahaha. Gelak tawa kami pun langsung menyeruak. Kehangatan suasana tadi malam berubah menjadi kesejukan di pagi ini.
Sarapan pagi, aaah nikmatnya~ |
Terimakasih atas perjalanan ini. Empat tahun sudah gue tinggal di Jogja dan gue dipertemukan dengan teman-teman Roadtippers. Banyak perjalanan yang kami lalui bersama. Mulai dari camp pertama gue di Pantai Seruni, susur 7 pantai di Gunungkidul, rafting cerita di Sungai Elo, menikmati 1000 lampion waisak di Bukit Punthuk Setumbu, camping di pantai dua minggu sekali, berlayar ke Pulau Karimun Jawa, dan masih banyak lagi, sampai akhirnya di farewell beach camp ini, di pantai spesial ini.
Semoga saja alam di pantai ini tetap begini apa adanya. Berharap orang-orang yang mengunjungi ikut menjaga ekosistem pantai ini dan semoga para investor itu tidak jadi membangun resort mewah. Akan sangat disayangkan rasanya jika pantai seindah ini harus diganggu kealamiannnya. Ya, semoga Tuhan mendengar harapan-harapan mulia ini.
Ada rasa senang ketika wajah pantai akan bersolek...tapi sayang kalo nanti dijamah tak karuan...
BalasHapusSchön...
Benar sekali mba Pipid :D
HapusPantai-pantai di Gunung Kidul sekarang banyak diincar investor Bro. Biasanya yang dilirik tanah-tanah yang berbatasan dengan laut. Harganya bisa sampai miliaran itu.
BalasHapusSebenarnya sih gpp investor itu membeli dan mengembangkan, asalkan harus tetap dijaga sih kealamiannya menurut gue dan gak merugikan warga sekitar
HapusI just wait for our next journey with all of our friend hiahahah
BalasHapusnice post!
Haha cmon go to Jakarta! I will bring you to such historic place here and Kepulauan Seribu yihaa
Hapuspantainya keren banget ya, thanks infonya..
BalasHapusya sama2...
Hapus