Jadi di hari Minggu (15 September 2013) ini, gue beserta Zen, Frino, Rengga, dan Faldo sudah berencana akan pergi ke Gunung Api Purba untuk tracking. Kegiatan ini juga penting buat gue, Zen, dan Rengga yang akan menghadapi misi rahasia pada H-4 dari hari ini.
Frino, Faldo, Rengga, Zen, gue |
Seperti biasa, kalau gue tracking di gunung ini, pasti perasaan gue bahagiaaaaa banget. Gue bersyukur banget bisa menikmati keindahan yang ada di dalam gunung ini. Mulai pepohonan yang rindang banget, batu-batu yang besar, dan track-track untuk tracking yang bisa dibilang SERU!
Nah, tanpa kendala apapun, kami bisa sampai di puncak gunung. Orang biasa yang gak pernah naik gunung, kayaknya juga bisa deh sampai puncak ini. Soalnya rute-nya sudah tertata rapih oleh pemuda-pemuda desa sekitar. Bahkan tadi buanyaaaak banget anak-anak seumuran gue yang dateng ke sana pakai pakaian kayak mau ke mall. Ettttt yak bang, ini gunung bukan mall, style-nya rapih-rapih benerrrr. Tapi gapapa, yang paling terpenting itu attitude. Semoga aja mereka-mereka paham kalau harus menjaga sikap ketika sedang berada di alam bebas seperti ini.
Tebing yang kita panjat (foto diambil dari puncak sebrang) |
Sudah sampai puncak. Lalu kami bingung mau ngelakuin apa lagi. Munculah ide dari si orang gila Frino dan Zen. Mereka berencana untuk keluar rute dan mencari jalan sendiri lewat bagian timur puncak. Oke kita semua setuju untuk mencari jalan lain. Tracking lagi lah kami, membuka jalan yang kemungkinan kecil ada orang lewat sana. Dan yak ternyata buntu. Hanya ada tebing tinggi dengan kemiringan 70-80 derajat. Entah siapa gue lupa yang pertama kali naik iseng ke tebing itu. Tapi semuanya jadi naik tebing juga. Gilaaaaaa gue yakin, belum ada seorang pun yang manjat tebing itu. Karena ya dengan sudut kemiringan yang segitu dan akses ke sana yang lumayan sulit, pasti orang-orang berpikiran untuk apa ke sana. Tapi dengan jiwa traveller sejati kami, kami melakukan rock climbing dengan menggunakan 0% alat keamanan alias tanpa alat keamanan yang seharusnya dipakai ketika melakukan rock climbing.
Di perjalanan awal kami dengan mudah menggapai batu tebing satu persatu sampai ke tengah tebing. Nahhhh di sini begonya gue. Entah gue yang udah kecapean atau gak konsen. Gue keluar jalur ke arah sebelah kiri yang kontur tebingnya itu licin dan rata. Beuuuuh gue udah lost hope banget di situ. Gue gak tau harus bergerak kemana. Temen-temen gue nyaranin gue buat balik ke jalur. Tapi susah, tebing yang ada disekeliling gue udah rata, jadi gak ada batu buat besar buat pijakan dan genggaman tangan gue. Gue panik, tangan gue udah pegel, kaki gue gemeteran banget. Di situ gue diem dengan nafas terengal-engal karena panik dan kecapean. Gue diem sambil merapatkan badan gue sambil mikir. Hanya ada 3 kemungkinan yang akan gue lakukan pada saat itu. 1. Gue diem di tempat sampe ada yang nolongin gue. 2. Gue bergerak tapi salah langkah sehingga kemungkinan jatoh dari tebing. 3. Gue bergerak dan bisa kembali ke jalur dan selamat.
Mau gak mau gue harus bergerak, karena gue gak mau hanya cuma diem gak berusaha. Berusaha lah gue mencari batu yang bisa digenggam dan untuk pijakan, dan bukan sembarang batu, karena sempat beberapa kali gue genggam batu, tapi batu itu langsung patah dan rapuh, bener-bener ngeri menn. Sempet juga ada momen saat gak ada pijakannya kaki gue. Jadi kaki gue kepeleset-kepeleset mulu karena kontur tebingnya yang licin. Di situ jantung gue deg-degannya luar biasa. Perasaan gue pada saat itu cuma satu, kalo gue jatoh, pasti gue dikata-katain sama orang-orang yang ada di puncak gunung sebelah selatan yang kebetulan mereka melihat aksi gila kami yang gak bertanggung jawab ini. Jadilah gue bersemangat, karena gue harus sampai puncak. Dengan diberi petunjuk dari temen-temen gue dan atas kuasa Allah SWT akhirnya gue bisa kembali ke jalur dan bisa menyelesaikan sisa tebing. Akhirnya dengan perjuangan yang gak gampang, kami semua sampai di atas puncak Gunung Api Purba sebelah utara. Yeaaaaaaaay.
Di sana gue super seneng banget. Berasa gue dapet kehidupan yang baru. Langsung berpelukan lah kami semua dan gue sujud syukur. Fiuuuuuuh entah kerasukan setan apa, kami menempuh perjalanan yang begitu besar resikonya. Kalo mau tau, di bawah tebing itu ada tebing lagi yang lebih curam dan kemungkinan kalo jatoh ya sampe bawah banget. Bisa pecah kepala gue kalo sempet jatoh. Ini bener-bener pengalaman gue yang paling gila dalam melakukan sebuah trip. Senyum sumringah dengan teriakan kepuasan pun bergema. Puas akan apa yang sudah kami lalui. Terimakasih yaAllah atas lindungan-Mu.
Keren gak gaya gue? |
artikel yang menarik, terimakasih..
BalasHapus