Stoppppp! Sebelum membaca postingan ini, baca dulu postingan gue tentang perkenalan gue dengan hitchhike di sini nih
↓↓↓
Sejak mengenal hitchhike, gue jadi punya mimpi untuk melakukan hitchhike di Jepang. Kebanyakan budaya hitchhike ini dilakukan para traveler di negara-negara Eropa atau Amerika, dan jarang banget gue denger cerita ada hitchhiker di Jepang.
“Hah hitchhike di Jepang? Emang bisa? Kenapa gak beli JR pass aja buat transportasi di sana?”. Well bro, harga JR pass aja udah lebih mahal dari budget yang gue bawa. Harga untuk JR pass selama 14 hari itu sekitar ¥46.390 atau setara dengan 4,6 juta rupiah, sedangkan budget gue cuma punya 4,5 juta rupiah untuk eksplor Jepang 12 hari hahaha.
Jauh hari sebelum berangkat, gue sudah melakukan research tentang ‘apakah mungkin untuk melakukan hitchhike di Jepang?’. Kemudian gue mendapatkan informasi yang sangat mujarab dari Wikitravel, bahwa ternyata hitchhike di Jepang itu bisa dilakukan!! Di website itu pula tertera info yang cukup lengkap tentang dimana spot-spot yang tepat untuk melakukan hitchhike.
Setali tiga uang, ternyata gue juga menemukan beberapa video aksi/tutorial beberapa traveler yang melakukan hitchhike di Jepang melalui youtube. Sungguh, itu sangat membantu gue dalam mempersiapkan rencana gue, juga mempertebal mental gue untuk melakukan hitchhike.
Beberapa poin yang gue dapat dari hasil research gue diantaranya.
- Jalan terbaik untuk melakukan hitchhike adalah melalui jalan tol/expressway, mengingat banyak mobil-mobil yang melalui jalur expressway untuk perjalanan jarak jauh. Spot yang terbaik adalah Parking Area (PA) dan Service Area di expressway tersebut. Kalau di Indonesia, semacam Toll Rest Area gitu. Nah, kita bisa berdiri dan melakukan hitchhike di exit gate-nya.
Harap diingat!!! Sangat dilarang untuk berjalan kaki di expressway. Jadi, untuk menuju PA/SA terdekat, lo harus cari jalan masuk lewat belakang. Pasti ada kok jalan masuk untuk pejalan kaki. Logika aja, kalau gak ada, bagaimana cara pekerja di PA/SA yang gak punya kendaraan untuk masuk?
Selain di PA/SA, lo juga bisa melakukan hitchhike dan approach pengemudi di persimpangan yang ada lampu lalu lintasnya. Jadi ketika lampu sedang merah, lo approach tuh satu-satu mobilnya. Semua spot ini sudah gue coba lho dan gue berhasil dapat tumpangan - Lebih baik menggunakan kertas/papan/kardus untuk menuliskan tujuan kita. Kalau gue sih pake sketchbook A3. Juga akan lebih baik jika kita menuliskannya dalam huruf kanji dan ditambah embel-embel imut gitu kek contohnya kasih emoticon senyum. Karena orang Jepang suka yang imut-imut haha. “Gimana kalau gue gak bisa nulis kanji, lek?“. Gampangggg, lo minta tolong aja sama warga sekitar untuk nulis kanjinya. Contohnya gue, gue pernah minta tolong ke mba-mba kasir Lawson untuk menuliskan kanji kota Kyoto di sketchbook gue. Pilih yang cakep ye bro wkakak.
- Belajar bahasa Jepang coooy. Belajar aja sedikit daily conversation-nya dan juga beberapa kalimat pamungkas untuk merayu si pengemudi. Daily conversation akan sangat dibutuhkan untuk ngobrol-ngobrol dengan si pengemudi. Sedangkan untuk kalimat pamungkas yang gue pakai untuk hitchhike di Jepang yaitu, “Sumimasen, Kyoto ni ikimasuka? Kyoto made nosete kudasai“. Secara harfiah artinya, “Permisi, apakah Anda pergi ke Kyoto? Jika iya, apakah bisa saya ikut sampai Kyoto?”. Jika si pengemudi bilang tidak, maka katakan sambil senyum, “Ah haik, arigatou gozaimasu (Oh baiklah, terimakasih)”. Jika si pengemudi bilang yes maka katakan, “Eh honto? Haik! Arigatou gozaimasu (Serius nih pak? Baik, terimaksihhh)“.
Note: Beberapa kalimat di atas itu bisa kalian kombinasikan sesuai selera dan kenyamanan kalian, kalau gue sih nyaman menggunakan kalimat-kalimat di atas. - Download aplikasi peta offline di smartphone lo! Nama aplikasinya MAPS.Me (bukan lagi promosi ye haha). Setelah lo mendapatkan peta tersebut, lo masuk ke menu utamanya dan klik download maps. Nah jadi lo harus download lagi peta negara mana yang mau lo miliki. Sumpah aplikasi ini penyelamat hidup gue banget di Jepang. Karena gue gak beli sim card Jepang maupun wi-fi pocket.
Dilarang jalan kaki atau naik sepeda di expressway |
Pengalaman hitchhike pertama kali di Matsumoto
Ah gue dapat banyak kejutan ketika singgah di Matsumoto selama dua hari. Matsumoto adalah sebuah kota yang dikeliligi pegunungan-pegunungan di Prefektur Gifu. Di Matsumoto gue tinggal bersama salah satu warga lokal, Ken namanya. Dia masih duduk di bangku kuliah di Shinshu University sebagai Medical student.
Gue menceritakan kepada Ken, bahwa gue mau mencoba hitchhike di Jepang. Dan dia dengan sumringah menjawab,“Wow that’s great! Sometimes I did hitchhike too here! The best spot for hitchhike here is in the junction. You can ask the driver while they are stop in a red light”, dengan bahasa Inggrisnya yang cukup fasih. Lalu gue menimpalnya dengan semangat juga, “Seriously? Wow! Let’s do hitchhike together tomorrow!!!”. Ken menjawab, “Good idea! Let’s go to onsen tomorrow and we do a hitchhike to go there!”. Deal!!! Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan hitchhike di hari kedua untuk pergi ke onsen (pemandian air panas).
Hari esoknya pun tiba. Sebelum berangkat menuju onsen, gue memasak mie instan yang gue bawa untuk makan siang. Begitupun Ken, dia juga memasak mie udon untuk juga kami santap siang itu. Lezatttt. Selesai makan siang, Ken mengeluarkan sketchbook-nya yang akan dipakai untuk menulis tujuan kami. Dia punya 2 sketchbook, sketchbook yang pertama sudah penuh terisi tulisan-tulisan kanji tempat tujuan si Ken saat ber-hitchhike. Sketchbook yang kedua, sudah lebih dari setengah buku yang dia pakai. Kemudian dengan sigap dia menulis tujuan kami, yaitu Onsen Obu. Gileeee cukup expert juga bocah satu ini.
Kami berangkat dengan mengendarai sepeda terlebih dahulu untuk mencari spot yang ideal, karena daerah dekat tempat tinggalnya kurang ideal untuk memberhentikan kendaraan yang lewat. Dan pada akhirnya kami menemukan spot yang bagus, yaitu di perempatan dekat rumah sakit terbesar di Matsumoto. So, sebelum beraksi kami memarkirkan sepeda kami terlebih dahulu di rumah sakit dan segera menuju ke perempatan, berharap ada mobil yang menampung kami.
Ken dan gue saat beraksi |
Di sini kami berbagi tugas. Karena si Ken orang asli Jepang, jadi dia bertugas untuk menanyakan ke pengemudi tentang tujuan mereka dan menanyakan tentang kemungkinan kami bisa menumpang. Sedangkan tugas gue adalah memegang lembaran sketchbook dengan tulisan tujuan kami dan juga memperhatikan bagaimana Ken merayu si pengemudi.
Bener-bener manjur dah ini si Ken. Baru 10 menit kami mencari tumpangan, ehhhh udah dapet aja 1 mobil yang searah dengan tujuan kami. Yeaaaah berhasil! Mobil tumpangan pertama gue di Jepang! Ternyata orang yang memberi tumpangan kepada kami sepasang kekasih. Gue lupa nanya namanya, soalnya yang kebanyakan ngobrol itu si Ken. Untung mereka bisa sedikit-sedikit bahasa Inggris, jadi gue menceritakan rencana petualangan gue di Jepang dan mengenalkan Indonesia kepada mereka. Akibat celotehan gue, mereka jadi tertarik untuk ke Bali dan jadi kepo tentang JKT48 hahaha.
Ternyata tempat onsen yang gue dan Ken tuju cukup jauh dari pusat kota Matsumoto dan ternyata juga mobil yang kami tumpangi sedikit beda arah di simpangan terakhir. Tapi dengan ajaibnya, kami diantarkan sampai depan gerbang tempat onsen! Sumpahhhhh baik banget mereka.
Cerita tentang pengalaman gue berendam di onsen nanti aja ye di next post huehe~
Setelah segar bermandi onsen, kami berencana untuk segera pulang ke rumah Ken. Naik apa pulangnya? Ya hitchhike lagi dong hehehe. Kami berjalan sekitar 100 meter dari gerbang onsen ke perempatan terdekat. Ken menuliskan tujuan kami, yaitu Rumah Sakit Matsumoto. Kami pun kembali beraksi!
Berbeda dengan berangkat tadi, hitchhike dengan tujuan pulang ini cukup sulit. Karena tujuan kami yang ke pusat kota. Ini yang gue bilang di postingan sebelumnya, akan lebih sulit jika kita melakukan hitchhike di/ke arah pusat kota.
Sekitar 25 menit kami berdiri dan menanyakan ke para pengemudi, akhirnya kami mendapatkan tumpangan juga! Yeay akhirnya... Kami pun masuk ke dalam mobil itu. Weeew interior mobilnya sporty ngets! Gue pun langsung berkenalan dengan si pengendara, namanya Akira. Dia tidak bisa berbahasa Inggris jadi Ken sebagai penghubung kami. Si Akira ini keliatannya gaul banget dah, gayanya cool gitu, bawa mobilnya serasa pembalap hahaha. Keren lah!
Akira-san, asik banget nyetirnya satu tangan terus kebut |
Dari pengalaman hitchhike gue di Matsumoto ini, gue semakin pede untuk bisa melakukan hitchhike seorang diri. Setelah dua hari yang istimewa di Matsumoto ini, keesokan harinya gue berpindah kota ke Takayama. Dan di sini adalah kesempatan gue buat ber-solo hitchhike. Dari Matsumoto ke Takayama dengan rute jalur pegunungan Japan's Alps. Wuhuuuuu!
wahh jadi hitchhike susah-susah gampang ya, harus berani nannya dan harus bisa bahasa jepang dikit-dikit biar gak susah.. hhe
BalasHapus